Selasa, 28 Mei 2024

7.Pembentukan Kaidah Fiqih dalam Mazhab

 MAKALAH
PEMBENTUKAN KAIDAH FIQIH DALAM MAZHAB

Dosen pengampu: Prof. Dr. Achmad Musyahid, M.Ag



DISUSUN OLEH:
FAZA FAUZA KHARISMI HM (10300122088) MUH.ADYAKSA (10300122103)
AHMAD RIZIQ PAWELLOI (10300122094)

PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2024


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Kaidah-kaidah dalam ilmu-ilmu keislaman yang mempunyai bentuk sistematis dan melingkupi hukum-hukum yang berada di bawah naungannya bertujuan untuk memudahkan para mujtahid dalam merespon dan menjawab persoalan-persoalan

terkini. Kaidah-kaidah hukum (fikih) tidaklah disusun dalam suatu kurun waktu tertentu. Kaidah-kaidah tersebut baru tersusun secara sistematis di kemudian hari sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan ijtihad di kalangan para pakar dan pendiri mazhab dalam hukum Islam.1

Allah Swt sebagai syari’ yang menetapkan syari'at tidak menciptakan hukum dan aturan begitu saja. Tetapi hukum dan aturan diciptakan dengan tujuan dan maksud tertentu. Ibnu Qayyim menyatakan bahwa tujuan syari'at adalah kemaslahatan hamba di dunia dan akhirat. Syari'at semuanya adil, semuanya berisi rahmat, dan semuanya mengandung hikmah. Setiap masalah yang menyimpang dari keadilan, rahmat, maslahat, dan hikmah pasti bukan ketentuan syari'at. Syariat berdasarkan atas hikmah dan kemaslahatan.2

Dua sumber utama hukum Islam yaitu Al-Quran maupun Hadits Nabi

Muhammad Saw. merupakan pendekatan yang amat berperan dalam merumuskan suatu kaidah. Maka kaidah fikih merupakan kaidah yang bersifat praktis,

mengikat beberapa furu’ yang mempunyai kesamaan hukum.3 Lafadznya bisa berasal dari hadits Nabi Saw., atsar sahabat, fatwa seorang mufti, bahkan berasal dari istinbath ulama terhadap ayat-ayat Al-Quran, dan sebagainya.

1 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Antar Madzhab-Madzhab Barat dan Islam, (Bandung: Sahifa, 2015), hlm. 254.

2 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, l'lam Al-muwaqqi'in 'an Rabb Al-'Alamin (Beirut: Daar AlKutub Al- ilmiyah, 1991), Jld. 3, hlm. 11.

3 Ahmad Sudirman Abbas, sejarah Qawa'id Fikihiyyah, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2009), hlm.v.

Kaidah fikih menempati kedudukan yang penting dalam hukum Islam. Karena Kaidah fikih tersebut merupakan konsep yang dapat membantu seseorang dalam Memahami rincian persoalan hukum melalui kaidah itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Kaidah Fikih?

2. Bagaimana kaidah fikih menurut pemikiran Empat Mazhab?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Kaidah Fikih

2. Untuk mengetahui bagaimana kaidah fikih menurut pemikiran Empat Mazhab


BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Kaidah Fikih

Secara bahasa kaidah terambil dari bahasa Arab qa’idah yang artinya adalah pondasi atau dasar. Sedangkan qawwa’id adalah bentuk jamak dari qa’idah.

Adapun secara istilah, kaidah fikih adalah sebuah hukum atau perkara universal yang bisa untuk memahami beberapa hukum dan masalah yang masuk dalam cakupan pembahasannya.4

Sedangkan fikih secara bahasa terambil dari kata al-fiqh yang artinya adalah faham. Sedangkan secara istilah adalah mengetahui hukum-hukum syar’i yang berhubungan dengan amal perbuatan hamba berdasarkan pada dalil-dalilnya secara terperici.5

Dari sini bisa disimpulkan bahwa kaidah fikih adalah hukum atau pondasi yang bersifat umum yang bisa untuk memahami permasalahan fikih yang tercakup

dalam pembahasannya.6

B. Kaidah Fikih Menurut Pemikiran Empat Mazhab

1) Kaidah fikih Menurut Pemikiran Mazhab Hanafi

Menurut Musthafa Ahmad Al-Zarqa, secara empiris diketahui bahwa kalangan mazhab Hanafi merupakan pemula rintisan dari lahirnya kaidah-kaidah fikih.

Lapisan utama dari para Fuqaha kalangan Hanafiyah terdahulu telah

memformulasikan dasar-dasar fikih yang bersifat general dalam redaksi

kaidahnya, serta berargumen dengannya, dan dari sana pula lahir tokoh-tokoh

4 Al-Jurjani, At-Ta’rifat, hal. 177

5 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Syarah Ushul min Ilmi Ushul, hal. 14

6 Dr. Muhammad Shidqi Al-Burnu, Al-Wajiz fi Idhohi Qawaid Al-Fiqh Al-Kulliyah, hal. 13

mazhab yang lain yang berkeinginan untuk menggunakan kaidah-kaidah darinya. Dengan demikian kaidah-kaidah ini disebut sebagai ushul (pokok).7

Berdasarkan berbagai literatur yang terkumpul dalam penelitian, terdapat banyak karya pemikiran dari kalangan mazhab Hanafi antara lain:

a) Ushul Al-Karkhi karya Ubaidullah ibn Hasan Al-Karkhi (w.340 H). Al-Karkhi hidup sezaman dengan Abu Thahir Ad-Dabbas dan mengadopsi kaidah-kaidah yang dihimpun oleh Abu Thahir Ad-Dabbas serta mengumpulkannya dengan

kaidah-kaidah lain sehingga berjumlah tiga puluh tujuh kaidah yang dibukukan dalam Ushul Al-Karkhi.8

b) Ta’sis An-Nadzar karya Ibn Zaid Ad-Dabusi Al-Hanafi (w. 430 H). Menurut Ali Ahmad An-Nadawi, kitab ini membahas secara khusus tentang kaidah fikih pada abad kelima hijrah.9

2) Kaidah fikih Menurut Pemikiran Mazhab Maliki

Dari mazhab Maliki, beberapa ulama juga menyumbangkan tulisan tentang kaidah fikih. Karya dari kalangan mazhab Maliki tidak sebanyak dari mazhab Hanafi dan syafi’ karya-karya tersebut antara lain adalah:10

a) Anwar Al-Buruq fi Anwar Al-Furuq atau lebih dikenal juga sebagai: Al-Furuq: Kitab al-Anwaar wal-Anwaa atau kitab al-Anwar wa Al-Qawa’id As-Sunniyyah oleh Imam Syihabudin Abdul-Abbas Ahmad As-Sonhaji Al-Qarafi (w. 340 H).

b) Al-Qawa’id oleh Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad al-Muqarri (w. 758 H) dan lain-lain.

7 Muhammad Al-Zarqa, Syarh Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah, hlm. 36.

8 Ali Ahmad An-Nadawi, Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah: Mafhumuha Nasyatuha Tathawwuruha

Dirasat Muallafatiha Adillatuha Muhimmatuha Tathbiqatuha, (Damaskus: Daar Al-Qalam, 1994), hlm. 136.

9 Ali Ahmad An-Nadawi, Al-Qawaid Al-Fikiyyah hlm. 137.

10 Muhammad Thohir Mansori, Kaidah-Kaidah Fiqih, (Bogor: Ulil Albab Institute, 2009), hlm. 14-17.

3) Kaidah fikih Menurut Pemikiran Mazhab Syafi’i

Mazhab Syafi’i merupakan Mazhab yang paling banyak berkontribusi dalam bidang kaidah fikih. Pengaruhnya di Indonesia juga cukup meluas, utamanya karya seorang faqih besar seperti Jalaluddin As-Suyuthi yang menulis Al-Asybah wa An-Nadzair dalam beberapa Kitab.Karya-karya berikut ini ialah karya-karya kaidah fikih dikalangan Mazhab Syafi’i yang mulai bermunculan pada abad ke

tujuh hijrah antara lain:11

a) Qawa’id Al-Ahkam fi Masalih Al-Anam oleh Izzuddin Abdul Aziz ibn Abd As- Salam (w. 660 H). Beberapa kaidah fikih yang terdapat dalam kitab tersebut:12 pertama, beliau menjelaskan bahwa semua ketentuan syariat adalah maslahat, baik dengan cara penolakan terhadap kesulitan maupun dengan cara menarik kegunaan.Kedua, dalam Islam terdapat wilayah zhanniyat, yaitu wilayah yang kepastian kebenarannya tidak diketahui oleh manusia karena ketidakadaan

informasi wahyu atau karena keterbatasan kemampuan manusia untuk

mendalaminya. Oleh karena itu, bisa jadi sesuatu itu baik menurut pandangan

manusia, tetapi kenyataannya tidak baik atau sebaliknya. Izzuddin Abdul Aziz ibn Abd As-Salam menuturkan: siapa saja yang berpendapat (berijtihad) yang

menurut dugaannya mengandung kegunaan, tetapi malah mendatangkan kesulitan, tidaklah berdosa atas dugaan kesalahan tersebut.

b) Al-Asybah wa An-Nadzair karya Sadruddin Abi Abdullah ibn Murahhil ibn Wakil As-Syafi’i ( w.716 H )

c) Majmu’ Al-mazhab fi Al-Qawaid Al-Mazhab oleh Salahuddin Abi Said Al- Ala’i As-Syafi’i ( w.761 H )

11 Masyhudi Muqorobin, Qawaid Fiqhiyyah sebagai Landasan Perilaku Ekonomi, Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, Vol. 8, No. 2, (Oktober 2007), hlm. 203.

12 Izzuddin Abdul Aziz ibn Abd As-Salam,Qawa'id Al-Ahkaam fi Masalih Al-Anam, hlm. 9.

4) Kaidah fikih Menurut Pemikiran Mazhab Hanbali

Di kalangan mazhab Hanbali, kaidah fikih tidaklah banyak, karena mazhab ini mengambil, menerapkan, dan berpedoman pada lima kaidah asasi yang telah dijadikan rujukan oleh mazhab-mazhab sebelumnya. Namun demikian terdapat perhatian yang besar dari kalangan mazhab Hanbali terhadap kaidah fikih dalam bidang akad-akad muamalah dan transaksi keuangan secara luas.13 Di samping itu, kaidah fikih dalam mazhab Hanbali menaruh perhatian dan membahas perkara- perkara waqi’iyyah(realita kekinian) dan memberikan solusi terhadap masalah-

masalah kontemporer (baru) seiring dengan perkembangan zaman. Terlebih lagi pembahasan itu terlihat pada pemikiran Ibnu Taimiyyah dan kaidah-kaidah yang terdapat dalam karyanya.

Terdapat berbagai karya-karya para fuqaha mazhab Hanbali mulai dari pertengahan abad ke-7, sejak karya Ibnu Taimiyyah hingga abad ke-14 H pada periode Al-Qari. Mereka antara lain:14

a) Al-Qawa’id An-Nuuraaniyyah Al-Fiqhiyyah oleh Taqiyyuddin Abu Al-Abbas Ahmad ibn Abd al-Halim ibn Taymiyyah (w. 728 H).

b) Al-Qawa’id Al-Fikiyyah ‘ala Mazhab Al-Imam Ahmad ibn Hanbal oleh Syarifuddin Ahmad ibn Al-Hasan ibn Qadhi Al-Jabal Al-Maqdisi (w. 771 H).

c) Taqrir Al-Qawa’id wa tahrir Al -Fawaid karya Abdurrahman Syihab ibn Ahmad ibn Abi Rajab (Ibn Rajab) Al-Hanbali (w. 795H) dan lain-lain.

13 Muhammad Musthafa Az-Zuhaili, Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah wa Tathbiqatuha fi Al-Madzahib Al- Arba'ah, (Damaskus: Daar Al-Fikr, 2006), jld. 2, hlm. 767.

14 44 Ibid, hlm. 768


BAB Ill
PENUTUP


A. Kesimpulan

Secara bahasa kaidah terambil dari bahasa Arab qa’idah yang artinya adalah pondasi atau dasar. Sedangkan qawwa’id adalah bentuk jamak dari qa’idah.

Adapun secara istilah, kaidah fikih adalah sebuah hukum atau perkara universal yang bisa untuk memahami beberapa hukum dan masalah yang masuk dalam cakupan pembahasannya.

Para fuqaha empat mazhab sepakat bahwa kaidah fikih dapat dijadikan Sebagai dalil sumber hukum Islam dan dapat diaplikasikan terhadap masalah-masalah Kontemporer. Permasalahan yang muncul di antara empat mazhab adalah

menjadikan Kaidah fikih sebagai dalil mandiri tanpa didukung oleh Al-Quran dan Sunnah. Ketika Kaidah fikih tidak didukung dengan kedua sumber utama tersebut, maka para ulama Tidak sepakat menjadikannya sebagai sumber hukum Islam.

B. Saran

Dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kekhilafan, oleh karena itu Pemakalah mengharapkan kritik dan saran terutama dari dosen pengampu demi Kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA


A. Rahman, Asymuni. (1976). Qaidah-Qaidah Fikih, Jakarta: Bulan Bintang.

Al-Asnawi, Abdurrahim Al-Hasan. (1999). Nihayat As-Sul Syarh Minhaj Al- Wusul,

S. Praja, Juhaya. (2015). Filsafat Hukum Antar Madzhab-Madzhab Barat dan Islam,Bandung: Sahifa.

Suparmin, Sudirman. (2013). Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah Al-Khassah fi Al-Ibadah wa Tathbiqatuha, Jurnal Al-Irsyad, Vol. III.

Thalib, Prawitra. (2016). Pengaplikasian Qowaid Fikihiyyah dalam Hukum Islam Kontemporer, Yuridika, Vol. 31, No. 1.

Yulianti, Rahmani Timorita. (2007). Pola Ijtihad Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI tentang Produk Perbankan Syariah, Jurnal Ekonomi Islam La Raiba, Universitas Islam Indonesia, Vol. 1, No. 1.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

7.Pembentukan Kaidah Fiqih dalam Mazhab

 MAKALAH PEMBENTUKAN KAIDAH FIQIH DALAM MAZHAB Dosen pengampu: Prof. Dr. Achmad Musyahid, M.Ag DISUSUN OLEH: FAZA FAUZA KHARISMI HM (103001...